Monday, May 11, 2009

Jerit Pemberontakan

-(Di ruang hampa, 11 mei 2009)-

Rintih

Kidung kehidupan berjalan pelan
Tertatih, terseok, terbentur
Pelan-pelan dan pasti
Semakin ringkih ragaku

Gadisku diam
Wajahnya…
Ku tahu sedang menderita
Satu satu bulir air mata mengalir

Tunggu aku
Aku kan menjemputmu….


Sombong Penguasa

Berteriak, meneriaki, marah dan memberi perintah
Kuasa sekali kau merasa
Senyummu kau upayakan redup
Memasang target ditakuti dan disegani

Sombong sekali kau merasa
Egomu kau tonjolkan
Merasa itu milikmu
Menganggap uang itu punyamu

Enyahlah ke neraka
Dedemit dedemit itu tlah menunggumu…

Sunday, May 10, 2009

Hasil Pemilu 2009

Jumlah Perolahan Suara Hasil Pemilu 9 April 2009
(9 partai yang meraih kursi DPR)

No // Nama Partai // Jumlah Kursi // % Jumlah Kursi // % Suara Nasional

1 //Demokrat //148 // 26,43 // 20,85

2 //Golkar // 108 // 19,29 // 14,45

3 //PDIP // 93 // 16,61 // 14,03

4 //PKS // 59 // 10,54 // 7,88

5 //PAN // 42 // 7,50 // 6,01

6 //PPP // 39 // 6,96 // 5,32

7 //Gerindra // 30 // 5,36 // 4,94

8 //PKB // 26 // 4,64 // 4,46

9 //Hanura // 15 // 2,68 // 3,77


29 dari 38 Partai nasional gagal meraih kursi DPR, karena tidak mampu mencapai ambang batas parlemen sebesar 2,5 persen.

Wednesday, May 06, 2009

Ruang Busuk

Bau amis di tempat ini, hampir setiap hari kucium, makin menyengat...

Telingaku terasa mau pecah, hampir setiap hari mendengar persengkongkolan jahat....

Uang rakyat selalu jadi sasaran....

Aku jadi ingin melihat Tsunami, agar membersihkan setiap sudut kebusukan...

Muak dan mual sudah perut ini....

Busuk dan busuk sekali....!!!!

Susahnya Jadi Orang Baik

Di negeri ini, pilihan hidup untuk jadi orang baik agak susah. Selalu ada fitnah. Tak jarang dikhianati.
Tapi tetaplah hidup dalam kebaikan... Sekalipun resikonya lapar, penjara dan bahkan nyawa...
- Masih tak percaya dengan keterlibatan Antasari -

Tuesday, April 28, 2009

Lelah......

Semakin lama di sini, semakin lelah melihat kebiadaban.....

Hancurkan saja !!!!!!!!!!!!

Monday, March 30, 2009

Idealisme Jurnalistik dan Pendidikan Politik

Oleh : Iswandi Khairy Ramen
Termuat di NTB Post, Selasa 31 Maret 2009

Pasca tumbangnya rezim orde baru, dunia pers atau media menemukan momentumnya untuk tumbuh berkembang dalam memberikan informasi yang selua-luasnya kepada masyarakat, tanpa harus takut terkekang oleh intervensi pihak-pihak tertentu. Kebebasan pers saat ini memunculkan lahirnya media-media baru baik elktronik maupun cetak dalam turut menjalankan fungsi-fungsi media. Namun dengan semakin banyaknya lahir media-media baru, melahirkan pula kompetisi antar institusi tersebut. Sehingga persaingan menjadi masalah baru dalam dunia jurnalistik.

Kemampuan bertahan sebuah media tidak akan pernah lepas dari seberapa besar modal yang dimilikinya, karena mengingat biaya produksi yang dikeluarkan cukup besar. Persoalan modal inilah yang kemudian tidak jarang harus membuat idealisme jurnalistik menjadi “terjual” dalam persaingan pasar. Sehingga kerap kita lihat sebuah pemberitaan sangat ditentukann oleh sang pemilik modal yang membiayai media tersebut.
Kegiatan jurnalistik sendiri telah berlangsung sejak lama. Dalam referensi ilmiah, kegiatan tersebut telah dimulai pada masa Romawi Kuno di bawah kekuasan Kaisar Julius Caesar. Jurnalistik pada masa itu bernama Acta Diurna yang berisi segala seuatu yang sifatnya informatif semata atas kebijakan-kebijakan Kaisar.
Kini, jurnalistik tidak hanya menjalankan fungsi informasi semata, namun telah bertambah menjadi fungsi pendidikan, kontrol sosial, mempengaruhi dan juga fungsi menghibur. Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut, asas netralitas menjadi tulang punggung dalam menjalankan fungsinya dengan baik, hal inilah yang kita sebut dengan idealisme. Dan idealisme inilah yang tidak jarang tergadaikan oleh kepentingan pemilik modal sehingga fungsinya itupun menjadi kehilangan arah.
Belakangan sering muncul kajian yang mempertanyakan idealisme jurnalistik. Kajian ini muncul sebagai bentuk kritik masyarakat terhadap kelalaian yang disengaja dalam menyuguhkan informasi. Seperti penyampaian berita yang berpihak pada kepentingan tertentu, baik secara individu maupun kelompok.
Idealisme jurnalistik sangat menentukan penerimaan masyarakat tehadap sebuah media. Sang dictator sekaliber Hitler pun takut dengan media dikarenakan idealime jurnalistik, begitupun dengan Napoleon Bonaparte. Jika idealisme tergantikan menjadi fragmatisme, maka sesungguhnya ruh jurnalistik itu telah telah mati. Jika ruh tersebut mati, maka kita tidak bisa lagi mengharapkan media sebagai alat kontrol sosial yang kuat. Padahal media menjadi harapan masyarakat dalam menjalankan kontrol sosial dan pendidikan massa.

Media dan Pendidikan Politik
Pada kondisi suhu politik yang semakin memanas saat ini, netralitas media menjadi salah satu kunci dalam menjaga stabilitas. Kemampuan media baik elektronik maupun cetak dalam mengabarkan kejadian politik yang tidak diikuti secara langsung oleh masyarakat dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu sikap netral dari sebuah media dalam mengabarkan kejadian yang sebenarnya menjadi tuntutan mutlak, di samping netralitas merupakan salah satu kode etik yang harus dijalankan.
Dalam negara yang sedang mengalami era transisi seperti Indonesia saat ini, maupun di negara yang telah maju dalam dunia demokrasi, media menjadi salah satu pilar penting dalam memberikan pendidikan politik bagi warganya. Hal ini dikarenakan media mampu menjangkau massa yang luas dalam waktu yang singkat. Kemampuan daya jangkau yang luas tersebut dibarengi dengan kemampuan mempengaruhi pembaca, apakah ke arah negatif maupun positif, dikarenakan sifat komunikasi media yang satu arah.
Peran penting media ini hendaknya harus dipahami betul oleh pekerja media atau insan pers. Etika jurnalistik harus dikedepankan di atas kepentingan lainnya, sehingga masyarakat sebagai penikmat berita bisa mendapatkan suguhan yang sehat. Tanggung jawab sosial jurnalistik hendaknya selalu menjadi warning agar bisa lurus dalam menjalankan fungsi-fungsinya.
Kondisi politik kita saat ini, mengharapkan media dapat mengambil peran penting itu demi lancarnya proses demokrasi yang diharapkan. Media elektronik ataupun media cetak harus tetap memegang sikap netral atau idealisme dalam menyampaikan kegiatan politik yang dilakukan oleh peserta pemilu. Jujur menyampaikan kegiatan kampanye, baik dari berita tentang isi janji-janji politik para kandidat maupun pemberitaan terkait jumlah peserta yang hadir akan menjadi pendidikan politik masyarakat yang membantunya dalam memberikan pilihan yang terbaik.
Namun jika yang disampaiakn adalah kebalikan dari kenyataan, maka ini adalah sebuah bentuk pembodohan yang akan berimbas kepada memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap pemberitaan media massa. Bagaimanapun hebatnya sebuah media, masyarakatlah yang menenetukan berapa lama ia sanggup bertahan. Dan kemampuan bertahan tersebut sangat ditentukan oleh seberapa besar sebuah media mampu menjalankan nilai-nilai idealisme jurnalistik.

Wednesday, March 04, 2009

Menyegarkan

Wah, belakangan ini banyak kabar gembira.
Akh Ogha, berhasil menyelesaikan bukunya, dan kini menjadi perbincangan hangat di forum-forum mahasiswa serta dibedah oleh tokoh-tokoh ternama. Panglima Surga judul buku tersebut.
Hebat hebat... Yang lain harus iri, dan segera buat buku. Kalau semangat persaingan dalam kebaikan seperti ini kan seru...
Menyegarkan pula...

Friday, February 27, 2009

Kamar Mandi Penuh Inspirasi

Entah kenapa, saya sangat sering mendapat inspirasi ketika berada di kamar mandi. Barangkali kamar mandi tempat yang paling menenangkan ya, sehingga inspirasi itu datang dengan mudah, atau entahlah, ada yang bisa kasi jawaban?
Beberapa inspirasi saya ketika di kamar mandi, di antaranya ketika berkeinginan membentuk komunitas baca. Suatu pagi, inspirasi itu datang memberitahukan ke saya kalau komunitas baca itu harus dibentuk dengan nama Komunitas Baca Tatas Tuhu Trasna (Kaca Tastura), akhirnya terbentuk dan sekarang saya jadi Presidennya..
Pernah juga saya bingung untuk memulai menyusun naskah pidato Bupati. Saya ke kamar mandi sejenak, eh dengan sendirinya kalimat-kalimat yang tepat untuk memulai pidato itu muncul. Jadilah pidato itu.
Ada juga inspirasi-inspirasi yang lainnya... Kenapa ya harus di kamar mandi???

Kenapa Harus Bingung?

Pemilu tinggal hitungan hari. Tapi kok masih bingung antara memilih atau tidak. Memilih atau tidak, wakil rakyat dan pemimpin tetap akan ada yang terpilih, karena tidak semua orang bingung untuk tidak memilih.
Jadi, daripada ntar gara-gara kita gak milih, eh yang terpilih malah gak bener orangnya, kan kita juga yang rugi. Jadi (lagi_red), berikan aja pilihan. Bingung pilihannya untuk siapa? gini aja, gampangnya, lihat partainya, kalau partainya gak pernah tersangkut kasus korupsi, terus peduli dan profesional lagi, udah, pilih yang partai seperti itu saja. Gampangkan?! Emang ada yang seperti itu?? Insyaallah ADA!!!

Wednesday, February 25, 2009

Pohon Beringin Tumbang???

Setelah Jusuf Kalla menyatakan diri siap maju sebagai Capres, hitung-hitungan politik internal Golkar makin memanas. Internal Golkar menjadi terancam pada konflik internal. Surya Paloh beberapa kali menegaskan bahwa JK belum diputuskan sebagai Capres, Sultan juga tetap bersikukuh ingin menjadi orang nomor satu di negeri ini. Apakah pohon beringin akan tumbang???
Kalau pohon beringin tumbang, banteng harus waspada. Karena biasanya banteng ditambat dibawah pohon beringin, kalu tertimpa kan bisa mati.. hehe...

Panwaslu Untuk Pemilu

Tidak terasa pemerintahan SBY-JK akan segera berakhir. Pemilu 2009 sudah di depan mata. Gong pesta akbar demokrasi semakin menggema. Bangsa indonesia akan segera menentukan pilihan terbaiknya yang akan duduk di kursi parlemen sebagai penyambung aspirasi. Momentum yang hanya dilakukan setiap satu kali dalam lima tahun ini harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Warna pemilu menjadi pemandangan masyarakat di seluruh pelosok negeri. Tidak terkecuali Lombok Tengah. Sebagaimana di daerah-daerah lainnya, di Lombok Tengah (sebelum dilakukan penertiban) artibut partai dan calon anggota legislatif (Caleg) hampir memenuhi seluruh ruas jalan yang ada, dari ruas jalan protokol sampai jalan-jalan perkampungan. Berbagai warna dan slogan menambah semaraknya pesta yang akan diselenggarakan 9 april nanti.

Tidak ada satupun tempat strategis yang luput dari ”tembakan senjata” peserta pemilu 2009. Semuanya telah terisi oleh atribut partai dan caleg yang menawarkan dan menjanjikan perubahan untuk rakyat. Maka, bisa dikatakan bahwa sejauh mata memandang, disitu ada atribut kampanye terpampang.

Permasalahannya, apakah pemasangan atribut tersebut telah sesuai dengan aturan pemilu? Bagaimana cara menertibkan peserta yang ”nakal”? Sejauhmana ketegasan panitia pengawas pemilu (Panwaslu) dalam menindak pelanggaran yang terjadi? Berikut petikan wawancara Saya dengan ketua Panwaslu Kabupaten Lombok Tengah H. Lalu Srijaya.

Sebagai pengawas pemilu, apa saja tugas dan wewenang Panwaslu?
Panwaslu bertugas mengawasi seluruh proses penyelenggaraan pemilu, seperti penetapan daftar caleg, mengawasi pelaksanaan kampanye, pengawasan distribusi logistik pemilu, ya juga penyelenggaraan pemilu itu sendiri. Wewenang kita melakukan pengawasan seluruh proses, dan kita merekomendasikan apabila ada temuan pelanggaran kepada KPU.

Berapa besar anggaran yang diperuntukkan panwaslu?
Anggaran ini tidak tentu, soalnya diatur pusat. Sekarang kita masih mengusulkan perubahan Dipa. Tanyakan yang lain saja, jangan tentang anggaran.

Apakah ada aturan yang membatasi pemasangan atribut kampanye?
Atribut pemilu boleh dipasang di mana saja, kecuali di tempat-tempat terlarang, misalnya jalan protokol, hal ini berdasarkan UU Nomor 10 Tahun 2008 dan peraturan KPU Nomor 19 Tahun 2008. Selanjutnya dilarang dipasang di jalan bebas hambatan, yang hal ini telah dikoordinasikan dengan dinas perhubungan, kemudian di sekolah-sekolah, baik swasta maupun negeri, tempat ibadah, juga bangunan-bangunan pemerintah itu sudah pasti tidak boleh.

Apakah aturan tersebut telah tersosialisasikan dengan baik kepada peserta pemilu?
Sudah-sudah, tapi KPU punya tugas itu, kami hanya mengawasi seluruh proses. Untuk penertiban kita berkoordinasi dengan KPU, unsur Polres, Kesbangpol, Pol PP, juga pak camat.

Sejauh ini, pelanggaran apa saja yang dinilai panwaslu yang sudah ditindak?
Masih sekitar pelanggaran administrasi. Kalau terkait dengan tipilu (tindak pidana pemilu_red) ada indikasi tapi belum cukup bukti untuk kita tindak. Ya masih sebatas pelanggaran administrasi.

Apa sanksi bagi peserta pemilu yang melakukan pelanggaran?
Tergantung tingkat pelanggarannya. Kalau Tipilu mulai dari 3 bulan, 6 bulan sampai 24 bulan penjara. Denda dari 6 juta sampai 24 juta. Setelah kita melakukan penertiban di jalan protokol beberapa waktu yang lalu, kemudian ada yang pasang lagi maka itu merupakan Tipilu. Kalau caleg yang melakukan pelanggaran berat, ya bisa dicoret.

Bagaimana sikap panwaslu dengan banyaknya anggapan bahwa panwaslu ibarat macan ompong?
Jadi kita bukan macan ompong. Kita tidak boleh seenaknya bertindak. Sekarang ini berbeda dengan yang dulu. Kalau dulu pengawas yang langsung mengeksekusi setiap masalah yang timbul, tapi sekarang tidak, kita hanya mengawasi. Kalau ada pelanggaran kita rekomendasikan kepada KPU dan juga kita serahkan kepada penyidik. Jadi hal inilah yang harus dipahami masyarakat.

Apa harapan panwaslu dari pemilu 2009?
Harapan kita mudah-mudahan dalam pemilu ini selain panwaslu yang melakukan pengawasan juga kita harapkan pengawasan partisifasi aktif dari masyarakat. Kita juga berharap peserta pemilu mematuhi aturan yang ada. Dan kita harapkan tingkat partisifasi masyarakat yang tinggi untuk memberikan hak pilihnya, itulah yang akan menentukan kesuksesan pemilu. Ya minimalah 90 atau 99 persen masyarakat memilih.

Friday, February 20, 2009

Adakah Pemimpin Alternatif Untuk Pemilu 2009?

Nampaknya para calon presiden independen tidak punya kesempatan lagi untuk bisa bertarung di pemilihan umum (pemilu) 2009 ini, setelah Mahkamah Konstitusi (MK) menolak gugatan mereka. Apakah itu artinya tidak ada lagi calon alternative lain selain tokoh-tokoh lama yang telah mulai menjajakkan dirinya? Mungkinkah calon alternative tersebut lahir dari partai politik (parpol)?

Kita memang khawatir jika pemilu tahun ini tidak mampu melahirkan pemimpin alternative. Yang kuasa untuk menentukan calon pemimpin tersebut adalah partai politik yang meraih paling sedikit 25 % perolehan suara nasional. Artinya masyarakat tinggal menunggu parpol yang punya kemauan untuk mengusung pemimpin-pemimpin alternative tersebut.

Seperti permainan sepak bola, pemenang ditentukan dari tim mana yang mencetak gol terbanyak setelah peluit panjang babak kedua (terakhir). Begitu juga dengan pemilu, tidak ada satu parpolpun, baik parpol penguasa, oposisi, lebih-lebih parpol baru yang berani memastikan kemenangannya untuk pemilu 2009. Semuanya memang punya target, namun pemenang akan ditentukan setelah penghitungan suara hasil pilihan rakyat.

Saat ini beberapa parpol telah memasang calon presidennya, yang diyakini akan mampu mendongkrak pemilih untuk memberikan pilihannya kepada parpol tersbut. Sayangnya, nama-nama yang muncul tersebut adalah wajah-wajah lama dalam dunia politik kita yang juga diindikasikan gagal dalam memimpin maupun yang terlibat dalam pergumulan politik orde baru. Seperti Megawati dari PDIP, Susilo Bambang Yudoyono dari Demokrat, Wiranto dari Hanura dan Prabowo dari Gerindra.

Melihat daftar mereka, tentu belum bisa memompa semangat sebagian kita untuk menentukan siapa pemimpin kita 5 tahun kedepan. Sementara itu, Golkar sebagai pemenang pemilu tahun 2004 juga kelihatan ragu-ragu untuk segera mendeklarasikan Capresnya. Ada sinyal jika Capres Golkar diumumkan sebelum pemilu, akan rawan dengan konflik elit internalnya, yang sudah pasti akan berpengaruh di akar rumput partai beringin tersebut. Karena saat ini Golkar yang mengklaim memiliki banyak tokoh nampaknya belum satu suara untuk capresnya, bahkan di antara mereka sedang sama-sama punya niatan untuk menjadi orang nomor satu di negeri ini. Seperti Yusuf Kalla, Sultan Hamengkubuwono, Surya Paloh, Akbar Tanjung, dan Fadel Muhammad.

Jika partai-partai besar ini tidak mampu menyajikan pemimpin alternative, maka partai menengah ke bawah harus berani membentuk koalisi untuk menghadirkan sesegera mungkin figure yang bisa diharapkan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik. Namun, sangat disadari bahwa pemimpin alternative bukan berarti tidak punya hambatan. Mengingat dari beberapa hasil survey bahwa pemilih rasional tersebut ada di perkotaan yang jumlahnya lebih kecil dari pemilih tradisional. Sedangkan pemimpin alternative sangat bergantung pada pemilih rasional.

Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi calon pemimpin alternative untuk segera mungkin melakukan sosialisasi ke seluruh elemen masyarakat. Namun jika sampai saat ini saja mereka belum muncul, maka membutuhkan strategi yang mumpuni jika mereka muncul setelah pemilu nanti. Misalnya melakukan koalisi dengan calon pemimpin lama, sehingga terbentuk sebuah kombinasi yang strategis untuk mengakomodir antara pemilih rasional dengan pemilih tradisional.

Bagaimana dengan partai-partai Islam, apakah berani menampilkan pemimpin alternative tersebut? Nampaknya sampai saat ini hanya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Matahari Bangsa (PMB) yang berani menawarkan pemimpin alternative. PKS punya sikap untuk melahirkan pemimpin alternative yang akan ditentukan setelah pemilu legislative 2009. Penentuan tersebut akan diambil jika perolehan suaranya mencapai 20 %. Sudah ada 8 nama yang disiapkan oleh PKS, di antaranya Hidayat Nur Wahid, Tifatul Sembiring, Anis Matta dan beberapa tokoh internal lainnya yang kesemuanya di bawah umur 50 tahun. Sedangkan PMB mengusung tokoh Muhammadiyah, Din Syamsudin untuk calon presidennya.

Nama-nama tersebut memberikan angin segar bagi yang mengharapkan pemimpin alternative untuk menjadi pemimpin bangsa ini. Namun, sekali lagi selain mereka harus memperoleh suara minimal 25 %, juga harus berani membangun koalisi strategis seperti yang disebutkan di atas. Karena bagaimanapun juga, pemimpin baru saja tidak cukup tanpa diimbangi dengan kekuatan pendukung di parlemen.

Koalisi setengah hati

Belajar dari koalisi pemerintahan saat ini, untuk pemilu tahun 2009 model seperti ini tidak boleh terjadi lagi. Karena, koalisi saat ini nampaknya mengalami kerapuhan alias koalisi setengah hati. Hal ini bisa dilihat dari beberapa kebijakan yang diusung pemerintah justru mendapatkan kritikan bahkan penolakan dari partai koalisinya di parlemen. Terlepas dari apakah penolakan tersebut karena dianggap merugikan masyarakat atau tidak, namun seharusnya sebagai partner pembicaraan kebijakan tersebut seharusnya sudah final “di meja koalisi” sehingga di kursi parlemen mereka tinggal memperjuangkannya sama-sama.

Kejelasan koalisi selain akan memperkuat pemerintahan, juga akan mempermudah penilaian masyarakat dalam melihat peran parpol yang ada antara parpol pendukung pemerintah dan parpol oposisi. Sehingga masyarakat bisa dengan jelas juga dalam memberikan hukuman kepada parpol yang gagal, apakah itu parpol pendukung pemerintah atau oposisi. Tidak seperti saat ini, ketika ada kebijakan pemerintah yang dinilai gagal, partai pendukung ikut-ikutan menyalahkan pemerintah. Begitu juga dengan oposisi, nampaknya sulit untuk jujur menilai keberhasilan pemerintah.

Kondisi semacam ini tentu membahayakan nasib kehidupan bangsa. Karena yang nampak dipermukaan hanyalah pragmatisme para elit politik kita. Kedewasaan berdemokrasi kelihatannya hanya menjadi retorika belaka. Maka jangan heran bila bangsa yang besar ini masih diremehkan oleh Negara tetangga.

Oleh karena itu, untuk menghasilkan pemerintahan yang kuat, maka harus dibangun di atas koalisi yang jelas kekuatannya di parlemen. Selain itu, kita juga berharap, selain mampu membangun koalisi yang kuat di antara parpol, juga bisa sama-sama mengusung pemimpin altenatif yang bisa memberikan warna baru bagi bangsa kita. Mungkinkah itu terjadi? Kita lihat saja nanti.

Wednesday, February 18, 2009

Anakku Sudah Mulai Mandiri

Ya, mandiri... Sejak tinggal di Mataram, dia harus tidur tanpa ayunan, padahal sebelumnya susah banget tidurnya tanpa benda itu..

Kini, tanpa benda itu, dia bisa tidur nyenyak..
Cepat besar anakku...

Monday, February 02, 2009

Mutasi oh Mutasi

mutasi lagi mutasi lagi...

cape dehhhh....

Sunday, January 18, 2009

Gaza Markaz Syuhada

5 Oktober 2008, hari yang tidak pernah saya duga-duga menjadi hari yang bersejarah bagi kehidupan keluarga kami. Sehari sebelumnya, kehamilan istri yang sudah masuk sembilan bulan menemukan momentumnya. Tidak diduga, perkiraan dokter bahwa dia akan melahirkan 2 minggu kedepan. Namun pagi itu, 4 Oktober 2008, pukul 7 pagi, perut buncitnya merasakan kesakitan sebagai pertanda akan segera melahirkan.

Bingung, tentu saja menggaluti perasaan kami. Maklum ini peristiwa pertama yang kami alami. Tapi untungnya, ada mertua (ibu dari istri) yang menenangkan kami. Saya segera menghubungi klinik bersalin di Selong yang memang sudah kami rencanakan untuk melahirkan di sana. Masalahnya, hari itu adalah hari keempat lebaran Idul Fitri sehingga dokter bersalin (dokter Nuring) yang merupakan satu-satunya dokter bersalin perempuan di NTB masih di kampungnya, Jawa. Hal itu mengendorkan niat saya untuk membawanya kesana.

Dalam kondisi seperti itu, akhirnya pilihan taktis harus segera kami ambil, membawa dia ke bidan setempat. Setelah diperiksa oleh bidan yang bersangkutan, bidan tersebut memprediksikan bahwa dia akan melahirkan malam nanti, kami disarankan untuk pulang dan menunggu waktunya di rumah.

Malampun tiba, perutnya semakin kesakitan. Kembali kami ke bidan. Prediksi bidan Dia akan melahirkan tengah malam dan kami memutuskan untuk menunggu waktu kelahirannya di tempat praktek sang bidan.

Ketegangan mulai terasa saat-saat belum nampak tanda-tanda buah hati kami akan lahir, padahal jeritan Istri yang tertahankan menggambarkan kesakitan yang tak terkira, sementara waktu terus berjalan sampi subuh pun tiba.

Dengan wajah yang berusaha nampak ditegarkan, bidan mengatakan kalo bayinya mengalami penyempitan sehingga harus segera dibawa ke Puskesmas untuk di vakum. Ibu mertua menolak, Dia minta agar langsung di bawa ke Rumah Sakit Selong yang berjarak kurang lebih 17 kilo meter. Tanpa ada perdebatan, kami langsung bergerak menuju rumah sakit. Istri dibawa di sebuah mobil angkot karena ambulans setempat sedang dipakai pegawai Puskesmas untuk menjemput dokternya di bandara yang baru habis mudik.

Saya mengikuti mobil tersebut dari belakang dengan peuh kecemasan. Air mata bercucuran, tangan terus menancap gas sepeda motor yang saya gunakan, dan do’a-do’a tak terhentikan terucap berharap istri dan anak selamat.

Kecewa, dokter di rumah sakit tersebut juga masih mudik. Perawatnya menyarankan agar kami ke Mataram. Mungkinkah? Sementara ketuban telah sempurna pecah jam 3 pagi tadi, sementara jam ditangan saat itu menunjukkan pukul 7 pagi. Jarak Selong ke Mataram kurang lebih 80 kilo meter. ini tidak mungkin saya lakukan.

Klinik, ya, akhirnya klinik yang sehari sebelumnya saya hubungi menjadi tambatan terakhir kami. Syukur, dokternya tidak ikut-ikutan mudik sehingga ada harapan besar bagi kami untuk menyelamatkan istri dan bayi yang masih ada di kandungannya.

Sekitar 1 jam di dalam ruang bersalin, dokternyapun akhirnya muncul dan mendekatiku. Dia memberikan pilihan untuk melahirkan bayi tersebut, yakni antara vakum atau dioperasi. Dia juga menjelaskan resiko vakum yang cukup mengkahawatirkan, bila mampu lahir salah satu resikonya jika anaknya dewasa nanti adalah idiot, atau yang terburuk kepala bayi bisa terputus oleh vakum karena kondisinya memang sangat tidak memungkinkan untuk divakum. Dengan tegas saya memilih untuk dioperasi. Prosesnyapun dijalani.

Butuh darah 2 kantong. Syukurnya golongan darah kami sama, sehingga tidak terlalu meyulitkan untuk mencari pendonor, meskipun begitu saya tidak yakin di PMI akan tersedia darah yang cukup. Khairul, teman dari Lombok Timur saya hubungi, dia juga memiliki golongan darah yang sama. Namun karena dia dinyatakan tidak layak untuk donor, akhirnya hanya saya yang langsung mendonor, dan itu cukup ditambah satu stok kantong yang tersedia di PMI.

Pukul 09.20 Wita, berita gembira. Khairul yang saya minta untuk terlebih dahulu ke klinik mengantarkan darah dari PMI, sementara saya mendonor, mengabarkan bahwa putra kami telah lahir dengan berat 3 kilo 200 gram. Alhamdulillah, sekalipun tidak bisa mendengarkan tangisan pertama saat dia lahir ke dunia yang fana ini, saya sangat bersyukur karena bayi lahir sempurna dan istri selamat.

Gaza Markaz Syuhada Ramen, adalah nama untuk anak pertama kami sekaligus do’a abadi untuk dia, karena bagi kami, nama adalah do’a. Nama tersebut telah jauh hari kami siapkan. Nama tersebut penuh dengan spirit ideologi. Sangat gampang untuk diterjemahkan, Gaza (nama salah satu kota di Palestina) Markaz (tempat) Syuhada (Mati Syahid) Ramen (nama besar keluarga kami). Dan kenyataannya, Gaza memang dari dulu sejak Israel mencaplok tanah Palestina sampai hari ini, para mujahid terus menemui kesyahidannya di tanah Palestina termasuk di kota Gaza.

Anakku, semoga engkau menjadi Mujahid sejati yang akan menemukan kesyahidanmu. Amiin.


Friday, January 16, 2009

Antara Sepatu Al-Zaidi dan Wendi?!

Sepatu menjadi populer saat ini. Hal tersebut bermula dari pelemparan sepatu seorang wartawan Iraq, Al-Zaidi ke muka Presiden AS, Bush.

Tapi cerita ini tentang sepatuku, bukan sepatu Al-Zaidi. Berikut beritanya yang ditulis oleh wartawan koran Nurani Rakyat, Kurniawan.


Musholla Kantor Bupati Jadi Sasaran Maling Sepatu
LOMBOK TENGAH (NR)-Setiap staf maupun pejabat yang akan melaksanakan sholat Djuhur di Musholla yang terdapat di lingkungan kantor Bupati Lombok Tengah, saat ini harus mulai waspada.
Pasalnya, hari kamis (15/1) kemarin staf pada bagian humas dan protokol bernama wendi usai melaksanakan sholat dzuhur,harus kehilangan sepatu yg baru dua minggu ia beli. Anehnya, si pencuri hanya meninggalkan kaos kakinya yang mungkin menurut pencuri itu baunya tidak karuan.
Sebelumnya Wendy mengira kalau temannya yang jahil menyembunyikan sepatunya, namun setalah beberapa saat dilakukan pencarian, sepatu kebanggaannya itu tidak juga ditemui. Akhirnya Wendy bersama rekan–rekannya menyimpulkan kalau sepatu seharga kurang lebih Rp 200 ribu itu di embat oleh si maling.
“Saya baru habis sholat Djuhur berjamaah, tiba-tiba sepatu saya tidak ada dan hanya tinggal kaos kaki saja ,”ungkapnya pada rekan-rekannya di dalam ruangan Humas dan Protokol.
Yang membuat Wendi menjadi cukup terhibur, banyak rekan-rekannya yang menawarkan diri untuk memberikan jasa dengan memberikan Wendy pinjaman sandal atau sepatu sebelum pulang ke Prako, tetapi semua tawaran itu ditolak oleh Wendy, dan ia harus rela menggunakan sandal jepit yang dipinjamnya dari ruangan Forum Wartawan.
Menurut salah seorang staf di kantor Bupati menyebutkan, kejadian kehilangan di Musholla tersebut tidak kali ini saja terjadi, melainkan kotak amal di Musholla tersebut sudah kurang lebih dua kali dibobol.
Sementara itu, Kasubag Protokol yang geram akibat perbuatan si pencuri, meminta agar pencuri tersebut sekali kali diintip siapa yang memiliki perbuatan. Kalau sudah ketemu, pencuri iu di telanjangi dengan mengelilingi kantor Bupati.
“Biar kapok,coba kita intip siapa pelakunya,kalau ketemu pencuri itu kita telanjangi dan kita putar dia di kantor Bupati ini,” tandasnya.(nr 04).

Adakah hubungan antara tragedi sepatu Al-Zaidi dengan tragedi kehilangan sepatu Wendi?
hehe...mungkin si maling mau menggunakan sepatu itu untuk melempar pemimpin di negeri ini yang tidak becus...Upzzz...


Tuesday, January 06, 2009

Target 1430 / 2009

Tahun 1430/2009 telah menjelang. Segeralah berhijrah menuju kehidupan yang lebih baik. Buat perencanaan yang matang disertai dengan target-target yang ingin dicapai.
Hal tersebut kita lakukan karena biasanya Setiap perubahan tahun dijadikan moment untuk berbenah diri. Bertekad untuk menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya, karena kalau tidak ada perubahan yang berarti, maka kita berada dalam kerugian.

Nah, untuk saya sendiri target tahun 2009 ini sederhana saja, yakni :

  • Membuat paling kurang 100 artikel yang dimuat di media cetak.
  • Memperbanyak koleksi buku Rumah Detak dan mengokohkan tekad membangun Rumah Detak.
  • Mempelancar bahasa Inggris.
  • Meningkatkan romantisme keluarga bersama istri dan anak pertama kami Gaza Markaz syuhada Ramen.
Semoga target-target ini tercapai. Amiin.

Disfungsi Sosial Rumah Sakit

Ketika seorang dokter memohon rezeki pada Tuhannya,
maka bersiap-siaplah anda menjadi pasien berikutnya
(sebuah anekdot)
Tahukah anda orang yang selalu tampak tenang dan riang ketika anda sakit, bahkan tidak hentinya memberikan anda senyuman? Ya benar, dia adalah seorang dokter. Bisa saja sikap seperti itu memang sikap standar yang harus diperlihatkan oleh seorang dokter, sebagai wujud profesional dan optimisnya akan menyembuhkan penyakit anda, sehingga bisa memberikan rasa keyakinan bahwa penyakit anda bisa disembuhkan. Tapi bisa juga senyuman itu adalah merupakan rasa syukurnya karena dengan penyakit anda maka kocek sang dokter akan segera bertambah. Apapun motif senyuman tersebut, satu hal yang paling pasti bahwa kesembuhan anda sangat ditentukan oleh seberapa besar uang yang anda miliki.

Sangat ironis dan menyayat hati ketika membaca sebuah berita utama di harian umum Nurani Rakyat edisi kamis 24 april 2008 lalu. Pasalnya berita tersebut mengisahkan tentang tragisnya nasib Sri Wahyuni yang hamil 8 bulan tewas dikarenakan kelalaian pelayanan sebuah puskesmas di gumi tatas tuhu trasna. Jika hal itu benar, maka pemerintah wajib turun tangan untuk memberikan sanksi yang tegas kepada petugas yang telah melalaikan tugasnya dengan mengorbankan dua nyawa sekaligus yakni sang ibu dan bayi yang ada di dalam kandungannya.

Seorang sahabat di kampung, Jaki Jamil, menceritakan betapa sedihnya ketika istrinya hendak melahirkan beberapa waktu yang lalu di sebuah rumah sakit milik pemerintah kabupaten Lombok Tengah. Dia menceritakan tentang lamban dan acuhnya petugas rumah sakit, padahal istrinya sudah sangat kesakitan ingin segera mengeluarkan bayi idamannya. Sikap petugas rumah sakit tersebut disebabkan karena ternyata sang suami membawa istrinya ke rumah sakit yang super megah itu hanya dengan modal selembar surat keterangan miskin dari pemerintah desa di mana dia berasal. Karena jengkel dan kecewanya dengan sikap para petugas tersebut, akhirnya di depan petugas dia merobek surat “sial” tersebut, dan meminta agar istrinya mendapatkan pelayanan yang baik berapapun biayanya. Walhasil, “super ajaib”, sikap petugas tersebut berubah 180 derajat. Senyum manis dihamburkan, sikap sopan spontan dipamerkan.

Itulah beberapa kisah sedih mayarakat yang sakit ditambah sakitnya karena sikap para medis yang tidak bersahabat. Jika dua contoh kasus tersebut terjadi di rumah sakit milik pemerintah, maka jangan tanya untuk kasus-kasus yang sering terjadi di rumah sakit atau klinik-klinik swasta. Sudah bisa dipastikan tidak bisa dihitung jumlah kesedihan dan kepedihan akan buruknya pelayanan mereka. Memang bagi anda yang berkantong tebal, apalagi masuk dalam daftar tokoh publik, pelayanan seperti tadi mustahil akan anda temukan. Rumah sakit dan klinik-klinik menyediakan bagi anda sarana yang bisa membuat anda bisa sakit dengan tenang. Ruangan rumah sakit atau klink baik milik pemerintah maupun swasta, bagi anda yang kaya telah disediakan dengan fasilitas yang lengkap. Ruangan dengan full AC, televisi berwarna dengan inci yang besar, kulkas dan kamar mandi yang wangi dan bersih, akan anda tempati. Juga tidak lupa mereka menyiapkan dokter yang telah memiliki “jam terbang” yang cukup tinggi, dilengkapi perawat yang bisa menjamin anda tetap betah di rumah sakit dengan dada yang berdegup kencang ketika tiap kali anda diperiksanya. Setiap saat anda bisa memanggil mereka, bahkan hanya untuk membersihkan mulut anda dari sisa makanan yang nempel dimulut anda. Syukurnya di pulau kita ini belum ada rumah sakit yang menyediakan ruangan karaoke. Tapi hal itu tidak menuntut kemungkinan akan diadakan oleh para “pebisnis “ rumah sakit dan klinik. Seperti yang tersedia di salah satu rumah sakit terbesar di Makassar, di mana para medis bisa melepas rasa bosannya dengan mendendangkan lagu-lau kenangan di ruang karaoke yang ada dalam rumah sakit tersebut.

Bagaimana dengan ruangan orang miskin. Jangan berharap anda akan menemukan hal yang serupa. Pemandangan anyir akan segera anda saksikan. Pasien dideretkan dalam ranjang-ranjang yang berjejer, dalam satu ruangan saja jumlah paisen bisa sampai 8 (delapan) orang, tentu dengan penyakit yang berbeda-beda. Pelayanan yang baik hanya akan menjadi impian mereka saja, dokter tidak jarang merasa malas untuk mengunjungi dan memeriksa mereka yang berada di ruangan kelas III. Sehinga perawatpun merasa bosan karena hanya merekalah yang dijadikan “budak” oleh dokter untuk memeriksa pasien miskin, maka sikap kecutpun akan segera mereka dapatkan. Bagaimana dengan kamar mandi? Sangat tidak layak, satu kamar mandi untuk pasien-pasien yang berbeda penyakit tadi. Maka bukan kesembuhan yang akan segera mereka dapatkan, melainkan rawan terkena tularan dari pasien lain. Bertambahlah penyakit mereka, dan tambah miskin pulalah mereka.

Maka satu kesimpulan yang pasti bagi saya bahwa, di rumah sakit hanya satu hal yang bisa dibedakan dalam waktu yang sangat singkat di antara pasien, yakni status sosial. Membedakan status sosial jauh lebih mudah ketimbang membedakan status penyakit antara pasien yang satu dengan pasien yang lain. Dengan cukup melihat tulisan di atas pintu ruangan pasien, kita bisa membedakan mana yang berduit tebal dan berkantong tipis. Di atas pintunya telah tertulis kata-kata seperti VIP. Ini menunjukkan orang di dalamnya adalah orang yang sedang menikmati sakitnya dengan fasilitas yang cukup lengkap. Tapi kalau anda melihat di atas pintunya tertulis kelas III, maka sudah bisa dipastikan pasien di dalamnya adalah orang-orang yang siap dengan masalah baru ketika mereka keluar dari rumah sakit, karena bisa jadi mereka menghabiskan uang pinjaman untuk menginap di ruang “pesakitan” tersebut. Karenanya, sangat tepat bila Eko Prasetyo mengatakan, “orang miskin dilarang sakit!” Hal ini menegaskan bahwa tidak ada tempat yang paling diskriminatif selain rumah sakit.

Saat ini dan untuk masa mendatang, rumah sakit menjadi garapan bisnis yang jauh lebih prospek dibandingkan dengan bisnis mall atau supermarket. Keuntungan akan selalu mengalir ke dalam kas-kas rumah sakit ataupun klinik. Karena setiap orang yang berkunjung ke rumah sakit ataupun klinik, maka sudah bisa dipastikan mereka datang untuk memeriksakan diri yang tentu uang sebagai bayarannya. Berbeda dengan mall atau supermarket. Belum tentu mereka yang datang ke tempat itu akan berbelanja. Bisa jadi mereka hanya sekedar datang untuk jalan-jalan dan melihat barang saja tanpa membeli.

Saya ingat ketika beberapa waktu lalu saya sakit. Sekitar jam 10 malam saya di bawa ke rumah sakit. Dari puskesmas, sampai rumah sakit yang ada di praya dipenuhi oleh pasien. Maka demi kesembuhan saya, orang tua dan kakak saya langsung ke mataram untuk mencari rumah sakit yang masih kosong. Malam itu, kami mendatangi empat rumah sakit sekaligus, hasilnya sama, semua ruangan telah penuh. Dan terakhir kami baru mendapatkan ruangan setelah mendatangi sebuah klinik mewah yang berada di Cakra Negara. Orang tua saya terkejut, karena klinik tersebut hanya menyediakan ruangan dengan tarif Rp 300.000 sampai Rp 1 juta dalam waktu semalam. Untungnya hasil pemeriksaan di ruang UGD menyatakan saya tidak perlu rawat inap. Maka bebaslah saya dari ancaman biaya tinggi tersebut.

Rumah sakit tidak berdiri sendiri. Apotek merupakan rekan bisnis dari rumah sakit atau klinik. “Perselingkuhan” kedua bidang bisnis ini tentu sama-sama memberikan keuntungan yang besar. Di mana apoteklah yang menyediakan berbagai jenis obat, dan dokterlah pemilik rekomendasi tertinggi untuk membeli obat yang tepat bagi pasien. Coba anda lebih jeli melihat perbedaan tarif harga antara yang menggunakan resep dokter dan tanpa menggunakan resep dokter. Anda akan mendapatkan harga dua kali lipat untuk anda yang menggunakan resep dokter, padahal jika tanpa resep dokter pada obat yang sama, anda akan mendapatkan harga yang murah. Setiap dokter memiliki masing-masing kongsi dengan apotek tertentu. Parahnya lagi dengan mitos yang berkembang di masyarakat, mengatakan bahwa tulisan dokter hanya bisa dibaca oleh dokter atau apoteker. Sehingga masyarakat tidak mau mencoba membaca tulisan resep yang diberikan seorang dokter, dan di sinilah intinya ketika resep tersebut hanya berhak dibaca oleh apoteker tempat masayarakat membeli obat, kemudian sang apoteker menuliskan nota harga yang dua kali lipat lebih tinggi dari harga biasanya. Dengan demikian, setiap resep yang ditulis dokter, di sana terdapat jatah dari harga obat yang dinaikkan harganya tersebut.

Pemerintah memang telah berupaya memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin, yakni dengan menyediakan asuransi kesehatan miskin (askeskin). Dengan membawa kartu askeskin, masyarakat pemilik kartu tersebut mendapatkan pelayanan gratis. Tapai gratis itu saja tidak cukup tanpa diimbangi oleh pelayanan yang sigap, dan sopan santun para petugas rumah sakit atau puskesmas. Pelayanan yang baik itulah yang akan memberikan sugesti yang lebih besar bagi pasien yang sakit untuk mempercepat kesembuhannya.

Kini pemerintah dituntut untuk melakukan evaluasi dan pemantauan yang ketat terhadap pelayanan puskesmas ataupun rumah sakit terhadap masyarakat miskin, sehingga tidak ada lagi yang jatuh korban seperti Sri Wahyuni, ataupun seperti Jaki Jamil. Dan sanksi yang keras harus diberikan bagi pihak-pihak yang mengkebiri sikap pelayanan terhadap masyarakat miskin tersebut. Sehingga rumah sakit atau puskesmas bisa berfungsi sebagaimana yang sebenarnya, yakni memberikan pelayanan terbaik terhadap masyarakat tanpa harus membeda-bedakan status social mereka.

Sunday, January 04, 2009

Gaza dalam Tangisan

Kebiadaban Israel tak tanggung-tanggung. Buta dengan segala protes, tuli dengan jeritan anak-anak Gaza yang terbantai. Para serdadu terlaknat itu terus menyerbu dan menjatuhkan berton-ton bom ke tanah bumu para nabi tersebut.

Pemerintah negara-negara arab bungkam, hanya mengutuk yang bisa mereka lakukan, sama halnya seperti PBB. Mandul, tak berdaya di bawah kangkangan Amerika. Mereka pengecut, lantas untuk apa mereka ada?
Saatnya umat Islam bersatu. Jangan biarkan anak-anak Gaza kehilangan orang tuanya dan kehilangan nyawanya. Doakan mereka untuk tetap kuat dan melawan gempuran Zionis Yahudi. Doakan Hamas yang tak pernah takut dengan kematian.
Jika saja kita bersatu, maka Amerika apalagi Israel, tidak akan pernah berani berkutik sedikitpun. Bersatulah....

1430 dan 2009

2 awal tahun baru telah kita lalui.
Di awal tahun ini, aku akan coba mulai mengisi blog yang telah lama tak tersentuh.
Semoga eksis

Followers

  ©Napas Syahadat. Template by Dicas Blogger.

TOPO