Wednesday, April 14, 2010

My Lost Dream

Ternyata, bermimpi juga melelahkan. Dari sini aku memahami makna kegagalan yang sebenarnya, bahwa kegagalan bukanlah kekalahan dalam pertempuran melainkan mundur sebelum genderang pertempuran itu dimulai.

Sejak lama aku sering mengatakan kepada mereka, baik ketika aku menjadi pembicara di sebuah diskusi kecil maupun momen lainnya bahwa mimpi adalah jiwa kehidupan. Maka bermimpilah, yang tinggi, yang banyak, karena kalian tidak perlu membayar untuk bermimpi. Mimpi itu gratis, kawan.. Kataku..

Tidak hanya satu, banyak, banyak sekali mimpi-mimpiku baik yang aku abadikan dalam lembaran kertas yang aku tempel di dinding kamar, maupun yang terus masih ku susun rapi di dalam memoriku. Mimpi-mimpi inipun tidak hanya sekedar mimpi kosong tanpa isi. Aku ingin menunjukkan bahwa bermimpi juga punya aturan main yang harus dilakukan, paling tidak disertai oleh perencanaan yang matang, penuh perhitungan dan tanggung jawab. Hal itu aku lakukan. Apa hasilnya?

Satu persatu mimpi itu mulai aku bawa keluar. Aku diskusikan dengan orang-orang terdekatku. Aku susun rencana yang sangat matang, penuh perhitungan dan tanggung jawab. Dan di episode inilah mimpi-mimpi itu mulai berguguran.

Tidak pernah terbayangkan akan seperti ini. Padahal sekali lagi semuanya sangat matang, penuh perhitungan dan tanggung jawab. Pembahasannyapun panjang, berminggu minggu, bahkan lebih. Tapi tempat ini, lingkungan ini, tepatnya keluargaku ternyata tidak menyediakan ruang untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Ya, sekarang kesadaranku berada pada titik tertinggi bahwa aku harus akui sebagian besar dari keluargaku masih sangat konservatif. Sulit untuk menerima hal-hal yang baru dan lebih berani. Maka, akupun kehilangan mimpi.

Monday, May 11, 2009

Jerit Pemberontakan

-(Di ruang hampa, 11 mei 2009)-

Rintih

Kidung kehidupan berjalan pelan
Tertatih, terseok, terbentur
Pelan-pelan dan pasti
Semakin ringkih ragaku

Gadisku diam
Wajahnya…
Ku tahu sedang menderita
Satu satu bulir air mata mengalir

Tunggu aku
Aku kan menjemputmu….


Sombong Penguasa

Berteriak, meneriaki, marah dan memberi perintah
Kuasa sekali kau merasa
Senyummu kau upayakan redup
Memasang target ditakuti dan disegani

Sombong sekali kau merasa
Egomu kau tonjolkan
Merasa itu milikmu
Menganggap uang itu punyamu

Enyahlah ke neraka
Dedemit dedemit itu tlah menunggumu…

Sunday, May 10, 2009

Hasil Pemilu 2009

Jumlah Perolahan Suara Hasil Pemilu 9 April 2009
(9 partai yang meraih kursi DPR)

No // Nama Partai // Jumlah Kursi // % Jumlah Kursi // % Suara Nasional

1 //Demokrat //148 // 26,43 // 20,85

2 //Golkar // 108 // 19,29 // 14,45

3 //PDIP // 93 // 16,61 // 14,03

4 //PKS // 59 // 10,54 // 7,88

5 //PAN // 42 // 7,50 // 6,01

6 //PPP // 39 // 6,96 // 5,32

7 //Gerindra // 30 // 5,36 // 4,94

8 //PKB // 26 // 4,64 // 4,46

9 //Hanura // 15 // 2,68 // 3,77


29 dari 38 Partai nasional gagal meraih kursi DPR, karena tidak mampu mencapai ambang batas parlemen sebesar 2,5 persen.

Wednesday, May 06, 2009

Ruang Busuk

Bau amis di tempat ini, hampir setiap hari kucium, makin menyengat...

Telingaku terasa mau pecah, hampir setiap hari mendengar persengkongkolan jahat....

Uang rakyat selalu jadi sasaran....

Aku jadi ingin melihat Tsunami, agar membersihkan setiap sudut kebusukan...

Muak dan mual sudah perut ini....

Busuk dan busuk sekali....!!!!

Susahnya Jadi Orang Baik

Di negeri ini, pilihan hidup untuk jadi orang baik agak susah. Selalu ada fitnah. Tak jarang dikhianati.
Tapi tetaplah hidup dalam kebaikan... Sekalipun resikonya lapar, penjara dan bahkan nyawa...
- Masih tak percaya dengan keterlibatan Antasari -

Tuesday, April 28, 2009

Lelah......

Semakin lama di sini, semakin lelah melihat kebiadaban.....

Hancurkan saja !!!!!!!!!!!!

Monday, March 30, 2009

Idealisme Jurnalistik dan Pendidikan Politik

Oleh : Iswandi Khairy Ramen
Termuat di NTB Post, Selasa 31 Maret 2009

Pasca tumbangnya rezim orde baru, dunia pers atau media menemukan momentumnya untuk tumbuh berkembang dalam memberikan informasi yang selua-luasnya kepada masyarakat, tanpa harus takut terkekang oleh intervensi pihak-pihak tertentu. Kebebasan pers saat ini memunculkan lahirnya media-media baru baik elktronik maupun cetak dalam turut menjalankan fungsi-fungsi media. Namun dengan semakin banyaknya lahir media-media baru, melahirkan pula kompetisi antar institusi tersebut. Sehingga persaingan menjadi masalah baru dalam dunia jurnalistik.

Kemampuan bertahan sebuah media tidak akan pernah lepas dari seberapa besar modal yang dimilikinya, karena mengingat biaya produksi yang dikeluarkan cukup besar. Persoalan modal inilah yang kemudian tidak jarang harus membuat idealisme jurnalistik menjadi “terjual” dalam persaingan pasar. Sehingga kerap kita lihat sebuah pemberitaan sangat ditentukann oleh sang pemilik modal yang membiayai media tersebut.
Kegiatan jurnalistik sendiri telah berlangsung sejak lama. Dalam referensi ilmiah, kegiatan tersebut telah dimulai pada masa Romawi Kuno di bawah kekuasan Kaisar Julius Caesar. Jurnalistik pada masa itu bernama Acta Diurna yang berisi segala seuatu yang sifatnya informatif semata atas kebijakan-kebijakan Kaisar.
Kini, jurnalistik tidak hanya menjalankan fungsi informasi semata, namun telah bertambah menjadi fungsi pendidikan, kontrol sosial, mempengaruhi dan juga fungsi menghibur. Dalam menjalankan fungsi-fungsi tersebut, asas netralitas menjadi tulang punggung dalam menjalankan fungsinya dengan baik, hal inilah yang kita sebut dengan idealisme. Dan idealisme inilah yang tidak jarang tergadaikan oleh kepentingan pemilik modal sehingga fungsinya itupun menjadi kehilangan arah.
Belakangan sering muncul kajian yang mempertanyakan idealisme jurnalistik. Kajian ini muncul sebagai bentuk kritik masyarakat terhadap kelalaian yang disengaja dalam menyuguhkan informasi. Seperti penyampaian berita yang berpihak pada kepentingan tertentu, baik secara individu maupun kelompok.
Idealisme jurnalistik sangat menentukan penerimaan masyarakat tehadap sebuah media. Sang dictator sekaliber Hitler pun takut dengan media dikarenakan idealime jurnalistik, begitupun dengan Napoleon Bonaparte. Jika idealisme tergantikan menjadi fragmatisme, maka sesungguhnya ruh jurnalistik itu telah telah mati. Jika ruh tersebut mati, maka kita tidak bisa lagi mengharapkan media sebagai alat kontrol sosial yang kuat. Padahal media menjadi harapan masyarakat dalam menjalankan kontrol sosial dan pendidikan massa.

Media dan Pendidikan Politik
Pada kondisi suhu politik yang semakin memanas saat ini, netralitas media menjadi salah satu kunci dalam menjaga stabilitas. Kemampuan media baik elektronik maupun cetak dalam mengabarkan kejadian politik yang tidak diikuti secara langsung oleh masyarakat dapat diterima dengan mudah. Oleh karena itu sikap netral dari sebuah media dalam mengabarkan kejadian yang sebenarnya menjadi tuntutan mutlak, di samping netralitas merupakan salah satu kode etik yang harus dijalankan.
Dalam negara yang sedang mengalami era transisi seperti Indonesia saat ini, maupun di negara yang telah maju dalam dunia demokrasi, media menjadi salah satu pilar penting dalam memberikan pendidikan politik bagi warganya. Hal ini dikarenakan media mampu menjangkau massa yang luas dalam waktu yang singkat. Kemampuan daya jangkau yang luas tersebut dibarengi dengan kemampuan mempengaruhi pembaca, apakah ke arah negatif maupun positif, dikarenakan sifat komunikasi media yang satu arah.
Peran penting media ini hendaknya harus dipahami betul oleh pekerja media atau insan pers. Etika jurnalistik harus dikedepankan di atas kepentingan lainnya, sehingga masyarakat sebagai penikmat berita bisa mendapatkan suguhan yang sehat. Tanggung jawab sosial jurnalistik hendaknya selalu menjadi warning agar bisa lurus dalam menjalankan fungsi-fungsinya.
Kondisi politik kita saat ini, mengharapkan media dapat mengambil peran penting itu demi lancarnya proses demokrasi yang diharapkan. Media elektronik ataupun media cetak harus tetap memegang sikap netral atau idealisme dalam menyampaikan kegiatan politik yang dilakukan oleh peserta pemilu. Jujur menyampaikan kegiatan kampanye, baik dari berita tentang isi janji-janji politik para kandidat maupun pemberitaan terkait jumlah peserta yang hadir akan menjadi pendidikan politik masyarakat yang membantunya dalam memberikan pilihan yang terbaik.
Namun jika yang disampaiakn adalah kebalikan dari kenyataan, maka ini adalah sebuah bentuk pembodohan yang akan berimbas kepada memudarnya kepercayaan masyarakat terhadap pemberitaan media massa. Bagaimanapun hebatnya sebuah media, masyarakatlah yang menenetukan berapa lama ia sanggup bertahan. Dan kemampuan bertahan tersebut sangat ditentukan oleh seberapa besar sebuah media mampu menjalankan nilai-nilai idealisme jurnalistik.

Wednesday, March 04, 2009

Menyegarkan

Wah, belakangan ini banyak kabar gembira.
Akh Ogha, berhasil menyelesaikan bukunya, dan kini menjadi perbincangan hangat di forum-forum mahasiswa serta dibedah oleh tokoh-tokoh ternama. Panglima Surga judul buku tersebut.
Hebat hebat... Yang lain harus iri, dan segera buat buku. Kalau semangat persaingan dalam kebaikan seperti ini kan seru...
Menyegarkan pula...

Friday, February 27, 2009

Kamar Mandi Penuh Inspirasi

Entah kenapa, saya sangat sering mendapat inspirasi ketika berada di kamar mandi. Barangkali kamar mandi tempat yang paling menenangkan ya, sehingga inspirasi itu datang dengan mudah, atau entahlah, ada yang bisa kasi jawaban?
Beberapa inspirasi saya ketika di kamar mandi, di antaranya ketika berkeinginan membentuk komunitas baca. Suatu pagi, inspirasi itu datang memberitahukan ke saya kalau komunitas baca itu harus dibentuk dengan nama Komunitas Baca Tatas Tuhu Trasna (Kaca Tastura), akhirnya terbentuk dan sekarang saya jadi Presidennya..
Pernah juga saya bingung untuk memulai menyusun naskah pidato Bupati. Saya ke kamar mandi sejenak, eh dengan sendirinya kalimat-kalimat yang tepat untuk memulai pidato itu muncul. Jadilah pidato itu.
Ada juga inspirasi-inspirasi yang lainnya... Kenapa ya harus di kamar mandi???

Kenapa Harus Bingung?

Pemilu tinggal hitungan hari. Tapi kok masih bingung antara memilih atau tidak. Memilih atau tidak, wakil rakyat dan pemimpin tetap akan ada yang terpilih, karena tidak semua orang bingung untuk tidak memilih.
Jadi, daripada ntar gara-gara kita gak milih, eh yang terpilih malah gak bener orangnya, kan kita juga yang rugi. Jadi (lagi_red), berikan aja pilihan. Bingung pilihannya untuk siapa? gini aja, gampangnya, lihat partainya, kalau partainya gak pernah tersangkut kasus korupsi, terus peduli dan profesional lagi, udah, pilih yang partai seperti itu saja. Gampangkan?! Emang ada yang seperti itu?? Insyaallah ADA!!!

Followers

  ©Napas Syahadat. Template by Dicas Blogger.

TOPO